Selasa, 27 Januari 2009

HUKUM MERAYAKAN DAN MEMPERINGATI ISRA’ MI’RAJ

Bulan Rajab merupakan salah satu diantara ‘Asyhur Haram, (bulan Haram). Sebagian Ulama memandang sebab penamaan tersebut adalah karena kemuliaan bulan-bulan tersebut dan besarnya pahala atau dosa bagi yang melakukan kebaikan atau kemungkaran padanya.
Namun demikian tidak ada dalil yang shahih menunjukkan disyariatkan mengkhususkan bulan Rajab dengan ibadah-ibadah tertentu baik itu shalat, puasa, sedekah, shalawat dan lain-lain. Hal ini telah dijelaskan oleh para ulama kita diantaranya Imam Ibnu Rajab dalam kitab beliau “ Lathoif Al Maarif” Kalau kita memperhatikan keadaan ummat di zaman ini maka kita dapatkan banyak sekali model ibadah dan kegiatan yang dilaksanakan dalam bulan Rajab ini, salah satu diantaranya adalah perayaan atau peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad . Bagaimana sebenarnya hukum mengadakan kegiatan-kegiatan tersebut? Berikut ini kami kutipkan fatwa dari seorang ulama kita diabad ini yaitu Samahatus Syaikh Abd. Aziz bin Abd Bin Bazz –rahimahullahu-.

Segala Puji bagi Allah Azza wa Jalla?dan Shalawat serta salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga beliau dan para sahabatnya. Amma Ba’du.
Tidak diragukan lagi bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah yang agung sebagai bukti kebenaran Rasulul-Nya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ?dan agungnya kedudukan beliau disisi Allah Azza wa Jalla. Disamping itu peristiwa ini merupakan salah satu tanda qudrah Allah yang begitu besar dan ketinggian Allah atas sekalian makhluk-Nya.
Allah berfirman :
سبْحانَ الَّذِى أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَا الَّذِى باَرَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَتِنَا إِنَّهُ,هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
"Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram kemasjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pendengar lagi Maha Melihat” (QS. Al Isra’:1)

Dan telah diriwayatkan secara mutawatir dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa beliau dinaikkan kelangit dan dibukakan bagi beliau pintu-pintunya hingga melewati langit yang ketujuh, lalu Allah Azza wa Jalla mengajaknya berbicara sesuai dengan yang Dia kehendaki. Lalu Allah mewajibkan kepadanya shalat 5X sehari semalam yang pada mulanya Allah mewajibkan 50X lkemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam senantiasa kembali untuk meminta keringanan hingga Allah menjadikannya 5 X namum pahalanya tetap 50 karena satu kebaikan diganjar dengan 10 X lipat. Maka segala puji dan syukur bagi Allah atas segala nikmat-Nya.

Tidak ada hadits-hadits yang shahih yang menentukan kapan sebenarnya terjadi malam Isra’ dan Mi’raj apakah dia dibulan Rajab atau selainnya. Dan setiap hadits yang menentukan waktu terjadinya malam tersebut adalah hadits lemah menurut para ulama hadits. Dan dilupakannya manusia akan waktu terjadinya merupakan hikmah besar yang dikehendaki oleh Allah Azza wa Jalla. Bahkan sekiranya ada dalil yang shahih yang menentukan kapan terjadinya Isra’ Mi’raj maka tidak boleh bagi kaum muslimin mengkhususkannya dengan ibadah-ibadah tertentu dan tidak boleh pula merakannya karena Nabi dan para sahabatnya tidak pernah merayakannya dan tidak pula mengkhususkan malam tersebut dengan sesuatu kegiatan.
Seandainya perayaan tersebut disyariatkan tentu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menjelaskannya kepada ummatnya, baik dengan perkataan ataupun dengan perbuatan dan seandainya hal itu pernah dilakukan tentu para shahabat akan menukilkan kepada kita karena mereka telah menukil dari Nabi mereka segala sesuatu yang dibutuhkan oleh ummat ini dan mereka tidak pernah lalai menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan Ad Dien bahkan mereka orang-orang yang bersegara kepada setiap kebaikan, maka seandainya memperingati malam tersebut disyariatkan tentu mereka orang yang paling pertama melakukannya. Hudzaifah berkata
“Setiap ibadah yang tidak dilakukan oleh para sahabat Rasulullah maka jangan kamu beribadah dengannya”
Said bin Jubair juga telah mengatakan :
“Apa yang tidak dikenal oleh ahli Badar bukanlah bagian dari Ad Dien”

Dan Nabi juga orang yang paling banyak bernasehat kepada manusia dan menyampaikan seluruh risalah ini serta telah menunaikan amanah. Maka seandainya mengagungkan dan merayakan malam tersebut merupakan bagian dari Ad dien tentu Nabi telah menyampaikannya dan tidak akan menyembunyikannya. Karena ketika hal itu tidak beliau sampaikan maka diketahuilah bahwa merayakannya dan mengagungkannya bukanlah bagian dari Islam sedikitpun dan Allah Azza wa Jalla telah menyempurnakan bagi ummat ini dien mereka serta mencukupkan nikmat-Nya atas mereka dan Dia mengingkari siapa saja yang membuat syariat yang tidak diizinkan-Nya.

Allah Azza wa Jalla berfirman di kitab-Nya yang nyata di surah Al Maidah ayat 3 :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا . المائدة : 3
“Pada hari ini telah Kusempurnakan agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamuni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhaiislam itu jadi agama bagimu”
Dan di surah As Syuuro:21 :
أمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوْالَهُمْ مِّنَ الِّدِيْنِ مَالَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ وَلَوْ لاَ كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِىَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِيْنَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ . الشورى : 21
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkanuntuk mereka agama yang tidak di idzinkan Allah ? sekiranya tidak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang dzolim itu akan memperoleh adzab yang pedih”.

Dan dalam hadits-hadist yang shahih Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam banyak memperingatkan akan bahaya bid’ah dan beliau menegaskan bahwa bid’ah itu sesat sebagai peringatan terhadap ummat akan besarnya bahaya bid’ah agar mereka menjauhinya.
Diantara hadis-hadist tersebut apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beliau bersabda :
Dan pada riwayat Muslim :<
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. رواه البخارى و مسلم
“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak kami perintahkan maka amalan itu tertolak”
Dalam Shahih Muslim dari Jabir berkata : Bahwasanya Rasulullah mengatakan pada khutbah jum’at beliau :
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ . رواه مسلم
“Adapun sesudah itu (amma ba’du ) mak sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, sejelek-jelek urusan adalah perkara-perkara yang baru dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Imam Nasaai manambahkan dengan sanad yang baik :
وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ. رواه النسائ
“Dan setiap kesesatan tempatnya dineraka”.

Dan diriwayatkan oleh habus Sunan dari Al Irbadh Bin Sariyah bahwasanya Rasulullah menasehati mereka dengan nasehat yang sangat besar hingga membuat hati-hati mereka bergetar dan mata-mata mereka mencucurkan air mata. Maka kami berkata : Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat dari orang yang hendak pergi meninggalkan kami maka wasiatkanlah kami , Beliau bersabda :
“Aku berwasiat kepada kalian untuk bertaqwa keapada Allah mendengar dan ta’at walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak karena sesungguhnya siapa diantara kalian yang hidup sesudahku maka dia akan melihat ikhtilaf (perselisihan) yang banyak, maka berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah para khulafa Rasyidin yang diberi petunjuk sesudahku, komitmenlah padanya, gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian dan jauhilah perkara-perkara yang baru karena sesungguhnya setiap yang baru adalah bid’ah dan setiap yang bid’ah adalah sesat”.

Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang semakna dengan hadist ini. Demikian pula para sahabat Rasulullah serta ulama salaf sesudah mereka senantiasa memeperingatkan dan mengancam akan bahaya bid’ah diantaranya apa yang dikatakan sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud “ikutilah (sunnah) dan janganlah berbuat bi’dah karena sudah dicukupkan bagi kalian hendaknya kalian berpegang teguh dengan urusan yang lama”.

Hal ini karena bid’ah adalah tambahan pada Ad Dien ini yang tidak dibenarkan serta merupakan tasyabbuh (meniru-niru) musuh-musuh Allah Azza wa Jalla dari kalangan Yahudi dan Nasrani yang menambah-nambah agama mereka. (Perayaan isra’mi’raj ini merupakan tasyabbuh dengan kaum Nasrani yang merayakan peristiwa kenaikan Isa Al Masih menurut persi mereka –pent). Dan mengadakan tambahan dalam Ad Dien (bid’ah) merupakan tuduhan bahwa agama Islam masih kurang dan belum sempurna, tentu saja hal ini adalah kerusakan dan kemungkaran yang sangat besar serta bertentangan dengan firman Allah :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ . المائدة:3
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian “

Dan sangat kontradiksi dengan sabda-sabda Rasulullah yang memperingatkan akan bahawa bid’ah dan perintah untuk menjauhinya. Kami berharap apa yang telah kami sebutkan dari dalil-dalil sudah cukup dan memuaskan bagi para pencari kebenaran dalam mengingkari bid’ah ini yaitu bid’ah memperingati malam Isra’Mi’raj dan memberikan peringatan terhadapnya.

Dan tatkala Allah Azza wa Jalla mewajibkan menasehati kaum muslimin dan menjelaskan apa yang Allah syariatkan kepada mereka dari Ad Dien serta haramnya menyembunyikan ilmu maka saya melihat perlunya memperingatkan saudara-saudaraku kaum muslimin akan bid’ah yang sudah begitu tersebar dibanyak negeri hingga sebagian manusia menganggapnya bagian dari Ad Dien. Dan kita memohon kepada Allah untuk memperbaiki keadaan seluruh kaum muslimin dan memberikan kepada mereka pemahaman akan Ad Dien serta memberikan taufiq kepada kita agar dapat berpegang teguh kepada kebenaran dan senantiasa istiqomah, serta meninggalkan apa saja yang bertentangan dengan kebenaran.

Shalawat dan salam serta keberkahan semoga dicurahkan kepada hamba-Nya dan Rasul-Nya nabi kita Muhammad, para keluaraga dan shahabat-shahabatnya.
-Abu Abdillah-
Maraji’ : At Tahdzir Min Al Bida’, Al ‘Allamah Abdul Aziz bin Baz –rahimahullahu-
(Al Fikrah Tahun 1 Edisi 12)


Hukum Memperingati Isra & Mir`aj



http://www.perpustakaan-islam.com/mod.php?mod=publisher&op=printarticle&artid=57



Setiap tanggal 27 di bulan Rajab kaum muslimin biasa menyelenggarakan acara keagamaan yaitu Isra dan Miraj. Benarkah Isra dan Miraj tersebut terjadi pada saat tersebut ? Bolehkah kita memperingatinya ?

Mari kita simak fatwa seorang Ulama Ahlus Sunnah, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz -rahimahullah- seputar masalah ini.


(Fatwa Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Bazz –rahimahullah)

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasullah SAW, keluarga dan para shahabatnya.

Amma Ba’du,

Tidak diragukan lagi, bahwa Isra’ & Mi’raj merupakan tanda dari Allah yang menunjukkan atas kebenaran Rasul-Nya Muhammad SAW dan keagungan kedudukannya di sisi Tuhannya, selain juga membuktikan atas kehebatan Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya atas semua makhluk.
Firman Allah :
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. 17:1)

Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwasanya Allah telah menaikkannya ke langit, dan pintu-pintu langit itu terbuka untuknya, hingga beliau sampai ke langit yang ke tujuh, kemudian beliau diajak bicara oleh Tuhan serta diwajibkan shalat lima waktu, yang semula diwajibkan lima puluh waktu, tetapi Muhammad kembali kepadanya minta keringanan, sehingga dijadikannya lima waktu; namun demikian, walau yang diwajibkan lima waktu saja tetapi pahalanya tetap seperti yang lima puluh waktu, karena perbuatan baik itu (al-hasanah) akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Kepada Allah-lah kita ucapkan puji dan syukur atas segala nikmat-Nya.

Tentang malam saat diselenggarakannya Isra’ & Mi’raj itu belum pernah diterangkan ketentuannya (kapan kejadiannya-pen) oleh Rasulullah SAW, jikalau ada ketentuannya maka itupun bukan dari Rasulullah SAW, menurut para ahli ilmu. Hanya Allah yang mengetahui akan hikmah kelalaian manusia.

Seandainya ada (hadits) yang menetapkan kapan kejadian malam Isra’ & Mi’raj , tetaplah tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mengkhususkannya dengan ibadah-ibadah tertentu, selain juga tidak boleh mengadakan upacara perkumpulan apapun, karena Rasulullah SAW dan para sahabatnya tidak pernah mengadakan upacara-upacara seperti itu dan tidak pula mengkhususkan suatu ibadah apapun pada malam tersebut. Juka peringatan malam tersebut disyari’atkan, pasti Rasulullah SAW menjelaskannya kepada ummat baik melalui ucapan maupun perbuatan. Jika pernah dilakukan oleh beliau, pasti diketahui dan masyhur, dan tentunya akan disampaikan oleh para sahabat kepada kita, karena mereka telah menyampaikan apa-apa yang dibutuhkan ummat manusia dari Nabinya, mereka (para sahabat) belum pernah berlebih-lebihan sedikitpun dalam masalah agama, bahkan merekalah orang-orang pertama kali melakukan kebaikan setelah Rasulullah SAW, Maka jikalau upacara peringatan malam Isra’ & Mi’raj ada tuntunannya, niscaya para sahabat akan lebih dahulu menjalankannya.

Nabi Muhammad adalah orang yang paling banyak memberi nasehat kepada manusia, beliau telah menyampaikan risalah kerasulannya sebaik-baik penyampaian dan menjalankan amanat Tuhan-nya dengan sempurna. Oleh karena itu jika peringatan malam Isra’ & Mi’raj dan pengagungannya itu dari Agama Allah, tentu tidak akan dilupakan dan disembunyikan oleh Rasulullah SAW, tetapi karena hal itu tidak ada jelaslah bahwa upacara dan pengagungan malam tersebut bukan dari ajaran Islam sama sekali. Allah telah menyempurnakan agama-Nya bagi ummat ini, mencukupkan nikmat-Nya kepada mereka dan mengingkari siapa saja yang berani mengada-adakan sesuatu hal dalam agama, karena cara tersebut tidak dibenarkan oleh Allah.

Allah berfirman :
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan Aku ridho Islam sebagai agama bagimu.” (Q.S. Al-Maidah:3)

Allah berfirman pula :
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diridhoi Allah? Sekiranya tidak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang zhalim itu akan memperoleh adzab yang pedih.” (Q.S. 42:21)

Dalam hadits-hadits shahih Rasulullah SAW telah memperingatkan kita agar kita waspada dan menjauhkan diri dari perbuatan bid’ah, dan dijelaskan bahwa bid’ah itu sesat, sebagai suatu peringatan bagi ummatnya sehingga mereka menjauhinya dan tidak mengerjakannya, karena bid’ah itu mengandung bahaya yang sangat besar.

Dari A’isyah ra. dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda :”Barangsiapa mengada-adakan suatu perbuatan (dalam agama) setelahku, yang belum pernah ada, maka tidak akan diterima.” (H.R. Bukhari)

Dalam riwayat Muslim : “Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang belum kami perintahkan, maka ia tertolak.”

Dari Jabir ra. berkata : Bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda dalam khutbah Jum’at : “Amma Ba’du, Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah (Al-Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW dan sejahat-jahatnya perbuatan (dalam agama) ialah yang diada-adakan, dan setiap bid’ah (yang diada-adakan) itu adalah sesat.” (H.R. Muslim)

Dalam kitab-kitab Sunan, diriwayatkan dari Irbadh bin Saariyah ra. bahwasanya ia pernah berkata : “Rasulullah SAW pernah menasehati kami dengan nasehat yang mantap, (jika kita mendengarnya) hati kita akan bergetar dan air mata akan berlinang. Maka kami berkata kepadanya,”Wahai Pesuruh Allah, seakan-akan nasehat ini seperti nasehat orang yang akan berpisah, maka berlah kami wasiat.” Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda: “Aku wasiatkan kepada kamu sekalian agar selalu bertaqwa kepada Allah, mendengarkan dan menta’ati (perintah-Nya), walaupun yang memerintahkan kamu itu (berasal dari) seorang hamba. Sesungguhnya barangsiapa diantara kamu yang berumur panjang (sampai pada suatu masa), maka akan menjumpai banyak perselisihan, maka (ketika itu) kamu wajib berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaarrasyidin yang telah mendapat petunjuk sesudahku, pegang dan gigitlah dengan gigi gerahamu sekuat-kuatnya. Dan sekali-kali jangan mengada-ada hal-hal baru (dalam agama), karena setiap hal baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”

Dan masih banyak lagi hadits-hadits lain yang semakna dengan hadits ini. Para sahabat dan ulama shalih telah memperingatkan kita agar waspada terhadap perbuatan bid’ah serta menjauhinya.

Bukankah hal ini merupakan tambahan dalam agama dan syari’at? Allah tidak memperkenankan penambahan-penambahan dalam agama berupa perbuatan bid’ah, karena hal itu menyerupai perbuatan musuh-musuh Allah yaitu bangsa Yahudi dan Nasrani (seperti mereka memperingati hari kenaikan Isa AS, muslimin memperingati Isra’ & Mi’raj / kenaikan Rasululullah SAW ke langit ketujuh, begitu pula mereka memperingati hari kelahiran Nabi Isa AS, muslimin pun ikut-ikutan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad AS, yang padahal semua perbuatan ini tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dan tidak pernah disyari’atkan, pen)

Adanya penambahan-penambahan dalam agam itu (berarti) menuduh agama Islam kurang dan tidak sempurna, dengan jelas ini tergolong kerusakan besar, kemungkinan yang sesat dan bertentangan dengan firman Allah :
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan Aku ridho Islam sebagai agama bagimu.” (Q.S. Al-Maidah:3)

Selain itu juga bertentangan dengan hadits-hadits Rasulullah SAW yang memperingatkan kita dari perbuatan bid’ah dan agar menjauhinya.

Kami berharap, semoga dalil-dalil yang telah kami sebutkan tadi cukup memuaskan bagi mereka yang menginginkan kebenaran, dan mau mengingkari perbuatan bid’ah, yakni bid’ah mengadakan upacara peringatan malam Isra’ & Mi’raj, dan supaya kita sekalian waspada terhadapnya, karena sesungguhnya hal itu bukan dari ajaran Islam sama sekali. Tatkala Allah mewajibkan orang-orang muslim itu agar saling nasehat-menasehati dan saling menerangkan apa-apa yang telah disyariatkan Allah dalam agama serta mengharamkan penyembunyian ilmu, maka kami memandang perlu untuk mengingatkan saudara-saudara kami dari perbuatan bid’ah ini yang telah menyebar diberbagai belahan bumi, sehingga dikira sebagian orang berasal dari agama.

Maha Suci Engkau Ya Allah, Engkaulah yang kami minta untuk memperbaiki keadaan kaum muslimin ini, dan memberi kepada mereka kemudahan dalam memahami agama Islam. Semoga Allah melimpahkan taufiq kepada kita semua untuk berpegang teguh dengan agama yang haq ini, tetap konsisten menjalaninya dan meninggalkan apa-apa yang bertentangan dengannya. Allahlah Penguasa segala-galanya. Semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar